Wednesday 28 March 2018

Penghasilan Tambahan

Assalamualaikum.wr.wb.

Dudududu... sudah akhir bulan aja, dan utang tulisanku belum juga kutunaikan. Jadi, trigger di grup Be Molulo kali ini temanya adalah tentang penghasilan tambahan. Mayan berat, yess 😅. Pelakunya pelopor tema ini adalah JengSist Irna. Kenapa terasa berat? Soalnya, karena istilah penghasilan tambahan itu sangat sering dikaitkan dengan jualan, dll, maka rasanya sampai sekarang kayaknya saya belum pernah atau tepatnya belum ngeh kalau saya pernah melakukan aktifitas yang ditujukan untuk memperoleh penghasilan tambahan. Eh apa iya? Pernah tidak? Pernah tidak? Etunggu dulu ding, sebenarnya apa sih definisi penghasilan tambahan itu???

Oke, tampaknya tidak mudah mencari definisi yang pas mengenai penghasilan tambahan ini, baik dalam literature berbahasa Indonesia, maupun dalam literature berbahasa Inggris. Ketika googling pake bahasa Indonesia, misalnya, maka yang akan saya dapatkan adalah list seperti berikut:

Oke, tampaknya ada kan, tapi ternyata pas diklik, isinya tak seperti yang saya harapkan. 
Ini apaaa???? 

Bahkan, di blog ini menyatakan definisi tentang penghasilan tambahan tak begitu penting. Penulis memang berusaha memberi penjelasan di beberapa paragraf pertama, tapiiii,,, entahlah mengapa kutak mengertiiii,, hehehhe

ini aku jujur agak kurang bisa ngeh sih

Lalu, akupun googling pake Bahasa Inggris, bahkan sampai cari jurnal ilmiahnya segala, lho,,, tapi yang kudapatkan malah bukan definisi clearnya, karena rerata penulis langsung menghubungkannya dengan tax, bla,,bla,, bla.. dan mengharapkan pembaca dapat mengerti sendirilah yaa apa itu penghasilan tambahan. Hadeuuuh.


Well, mengapa definisi itu penting bagiku? jawabannya adalah agar ketika membahas penghasilan tambahan ini, kita benar-benar berada dalam satu koridor pemahaman yang sama, hehehe. Kalau kata Whitfield (2012), yang dikutip dari sini, pentingnya memberi definisi ini itu sebagai berikut:

"definition is a statement expressing the essential nature of something.” At least that’s one way Webster defines the word.  But why is a definition so important?  Because definitions enable us to have a common understanding of a word or subject; they allow us to all be on the same page when discussing or reading about an issue."
Nah jadi jelaskan ya, megapa definisi itu penting. Okayyy, back to the topic, then. Nah, karena agak riweh juga mencari definisi penghasilan tambahan ini, 'lemme just define mine, ya, kengkawan. Menurutku, penghasilan tambahan itu adalah penghasilan yang didapatkan diluar penghasilan pokok, mau seberapa pun nominalnya. Disini, aku menegaskan satu hal, istilah penghasilan tambahan hanya akan terpenuhi, jika seseorang sudah punya penghasilan pokok dari pekerjaan utamanya. Misal nih ya, saya yang seorang dosen, penghasilan utama saya adalah gaji yang saya dapatkan sebagai imbalan  atas kinerja saya menjalankan tugas-tugas dosen (mengajar, meneliti, dan mengabdi kepada masyarakat) dan dibayarkan oleh institusi di mana saya bekerja. Jika saya mendapatkan pendapatan lain diluar fungsi tugas saya itu, dan yang memberi duit bukan dari institusi saya, maka itulah yang saya sebut sebagai penghasilan tambahan. Mau berapapun nominalnya, bahkan ketika jumlahnya lebih besar dari gaji saya, maka itu akan saya sebut sebagai penghasilan tambahan. Nah begitulah, kira-kira definisi saya tentang penghasilan tambahan ini. Jika ada yang tidak berkenan atau punya pendapat yang berbeda, bolehlah kita berdiskusi syantiq, hehehehe

Berangkat dari definisi tersebut, maka, rasanya saya sebenarnya sudah pernah melakukan aktifitas untuk mendapatkan penghasilan tambahan, and as such, saya bisalah ya sedikit baka-baka mengenai ini, horeeee 😆.

Kegiatan apa saja yang menjadi sumber penghasilan tambahan saya? Well, sejauh ini, tidak banyak juga sih, soalnya kesibukan saya di kampus juga agak sedikit hectic and a bit demanding, jadinya saya tidak terlalu menggeluti kegiatan tambahan tersebut. Namun, diawal-awal meniti karir, saya pernah melakukan ini dan dibayar:

Menjadi translator

Kebetulan, ketika S1 dulu, saya mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Sehingga, bisa dikitlah cas cis cus dengan menggunakan bahasa ini. Pada saat itu, saya baru saja diterima menjadi dosen di UMK, dan sebagaimana dosen baru, tugas saya belum begitu banyak sehingga lumayan punya waktu luang untuk mengerjakan yang lain. Salah seorang teman saya, pada saat itu, kebetulan sedang melanjutkan kuliah dan bahan bacaannya mayoritas menggunakan bahasa Inggris. Teman saya pun meminta bantuan saya untuk menerjemahkan bacaan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Biasanya, saya tidak akan hitung-hitungan sama teman. Kalau bisa saya bantu, maka saya pasti bantu dengan gratis. Namun teman saya ini orangnya sangat menghargai kemampuan orang dan oleh karena itu, dia bersikeras mau profesional aja. "Ririn, plis, itu ilmu tidak kamu dapat dengan mudah, Say. Kamu belajar bertahun-tahun dengan tekun dan itu harus dihargai." katanya waktu itu. Saya pun setuju, dan jadilah saya mendapatkan penghasilan tambahan dari situ.

Ternyata, teman saya ini lumayan puas dengan hasil kerja saya, dan dia juga merekomendasikan kerja saya kepada teman-temannya. Alhamdulillah, rejeki anak sholehah tidak kemana, silih berganti permintaan jasa penerjemah datang kepada saya 😇. Penghasilan yang saya dapatkan bisa dibilang lumayan. Namun, karena tidak lama setelah itu, saya lanjut sekolah lagi, maka kegiatan menjadi penerjemah ini saya tinggalkan, dan saya alihkan ke adik saya.


Menjadi 'mata-mata' di Market Research Indonesia (MRI)

Ini juga terjadi ketika saya masih memegang status dosen baru. Sepupu saya kebeneran bekerja sebagai salah satu 'agen mata-mata' di MRI dan membutuhkan tenaga tambahan untuk melakukan investigasi lapangan. Targetnya adalah kualitas kinerja dan pelayanan di bebenrapa BANK di Kendari. Jadi, waktu itu saya diminta berpura-pura menjadi calon nasabah, dimana saya akan diberi sejumlah uang dan datang ke BANK untuk membuka buku tabungan. Dalam tugas itu, saya harus bisa memberi informasi terkait kualitas performa BANK. Informasi yang harus saya kumpulkan adalah berdasarkan indikator kriteria pelayanan prima yang menjadi standar MRI, misal kebersihan BANK, pelayanan staff (satpam, tellers, dan Costumer Servives (CS)). Dalam menjalankan tugas saya harus benar-benar terlihat seperti nasabah biasa. Rekaman dan foto saya lakukan secara diam-diam. Saya harus melaporkan, berapa lama saya dilayani, bagaimana staff melayani saya (ramah/tidak, bertele-tele/tidak). saya bahkan harus mencatat berapa lama waktu yang diperlukan bagi CS untuk melayani pembuatan akun tabungan saya.

Sebenarnya, yang meminta 'investigasi' sembunyi-sembunyi seperti ini adalah pihak BANK sendiri. Laporan yang diterima dari MRI akan menjadi dasar dan pertimabangan mereka untuk performa kinerja mereka. Para karyawan pun sebenarnya sudah tahu. Hanya saja yang mereka tidak ketahui adalah siapa yang akan menjadi 'mata-mata' dan kapan 'mata-mata' ini akan beraksi. Saya beberapa kali melakukan pekerjaan ini di BANK yang berbeda dengan skenario yang berbeda. Honor yang saya dapatkan bisa dibilang lumayan, dan saya sangat menikmati pengalaman ini. Namun, karena saya harus sekolah waktu itu, maka pekerjaan ini lagi-lagi saya alihkan pada adik dan teman saya, hehehe.

Naaah, demikianlah kegiatan yang menghasilkan pendapatan tambahan bagi saya. Rasanya menyenangkan bisa melakukan pekerjaan diluar rutinitas sehari-hari dan bisa menghasilkan. Mungkin, jika tugas-tugas saya sudah tidak begitu demanding, saya akan mencoba menekuni pekerjaan tambahan yang lain. Itung-itung buat biaya jenjalan sayah, pemirsa... 😂








Light at the end of the tunnel

Assalamualaikum.wr.wb. 20 Juni 2018, sebuah email yang membawa kabar gembira akhirnya menyapa hari-hariku yang penuh dengan drama kehidupa...