Sunday, 1 April 2018

Castle Combe, Sebuah Desa Cantik di UK, dan Perjalanan Penuh Drama

Assalamualaikum. wr. wb.

Tyo: "Teeeh, anak-anak mau pada maen nih, mo ikutan gak?"
Me: "Eeeh, kapan? Mp pada kemana emang?"
Tyo: "Ini Teh mau ke sini, cantik ya?" (sodorin hape, liatin IG tentang Castle Combe.
Me: "Iya, ih cantik banget. Kapan mo ke sananya? Duuuh essay gw apa kabaar?"
Tyo: "Weekend ini mau gak, Teeh?" (kedap-kedip)
Me: "Duh, Yo.. masih ngessay gw, skip dulu ya... hiks..hiks.."

Begitulah. Jadi, minggu lalu, Tyo ngajakin ke Castle Combe, yang dari penampakan postingan orang-orang di IG, cantiik banget. Mengingat masih ada essay dan the deadline is approaching, aku dengan tegar memutuskan untuk tidak ikutan dulu di acara jalan-jalan kali ini. Itu keputusan seminggu lalu, ya pemirsa. Namun, emang dasarnya aku murahan banget kalo judulnya udah jalan-jalan, maka hanya perlu dua kali bujukan lagi dari Tyo, trus aku dengan tak tahu dirinya mengangguk dan bilang iya, hahahaha. Essay? %$£@*&^!!!

Dan akhirnya Sabtu kemarin, rombongan kami yang terdiri dari tujuh orang (Aku, Tyo, Kak Yana, Dyana, Mbak Rista, Bani dan Alberth) janjian ketemu di Bristol Coach Station jam 9 teng dan memulai perjalanan ke Castle Combenya dari sana. Untuk ke tempat tujuan, rute yang harus bisa ditempuh dari Bristol adalah sebagai berikut:

Rute Normal:

  1. Beli tiket West of England All Day for student seharga £4.90 melalui aplikasi, kalau langsung di busnya, harganya £5.30. Kalau naik train bisa lebih cepat. Harganya return sekitar £8. Tapii namanya juga mahasiswa, yaa.. nyarinya yang murah, demi suksesnya program "Menuju Ririn tajir 2020," hehehehe. Karena lokasi Castle Combe ini di luar Bristol, tapi masih dalam kawasan West England, maka kami membeli tiket West of England All Day for student.
  2. Bristol Coach Station -  Bath Bus Centre (Naik Firts Bus X39, sekitaran sejam)  
  3. Bath - Cipenham (Naik First Bus X31, sekitaran sejam juga), tidak perlu bayar tiket lagi, karena udah beli tiket all day ticket, dan busnya pun masih sama, yaitu First Bus.
  4. Cipenham - Castle Combe (Naik Bus Faresaver nomor 35, waktu tempuh sekitaran setengah jam). Bayarnya £2.20 untuk student.
Jumlah biaya kurang lebih: £4.90 + £2.20 X 2 (karena return kan ya) = £9.70. Ini untuk rute normal kalo pas weekdays dan bukan lagi pas public holiday. Kemaren kami perginya pas weekend dan kebetulan pas long holiday karena easter. Kami tidak mempertimbangkan itu, kami tidak tahu kalau pada hari Sabtu dan pada public holiday, Firts Bus X31 dari Bath menuju Cipenham tidak beroperasi. Kalau mau tetep ke sana, kami harus naik Bus Faresaver nomor X31, dan karena bukan Firts Bus, tiket all day kami tidak berlaku dan akhirnya harus bayar lagi seharga £2.70 untuk student.

Ketika sampai di Bath, kami sebenarnya sudah melihat ada bus Faresaver X31 itu, tapi karena masih mengira First Bus X31 tetap beroperasi di hari Sabtu, kami pun menunggu dengan cantiknya. Tapi, setelah menunggu beberapa lama, kami pun bertanya-tanya, ini kok busnya kagak datang-datang. Kami akhirnya melihat papan pengumunan, dan menemukan bahwa hari Sabtu dan public holiday tuh, si Bus yang kami nanti-nanti kagak beroperasi. Deuhhh. Mana busnya datang setengah jam sekali pulak. karena tak mau menunggu, kami pun mencari rute lain dengan menggunakan bus lain. kata Om Google, kami bisa naik bus lain (maap aku lupa namanya apa kemaren). Kebetulan bus itu berhentinya bukan di Bath Bus Center tapi di bus stop lain yang jauhnya sekitar sepuluh menit jalan kaki. Kami pun kesana, melawan dingin yang entah kenapa kian menjadi dengan anginnya yang menggigit, hanya untuk mendapatkan fakta pahit kalaaaaau sekali lagi karena ini Sabtu dan liburan, maka bus tersebut tak ada, Huaaaaaaa. Moral of the story: perhitungkan masa ketika waktu mau jenjalan, weekdays/weekend, libur/kagak libur.

Lalu, kami pun memutuskan untuk balik secepatnya ke Bus center itu dengan harapan masih bisa memburu Bus Faresaver X31 itu. Dan, seakan drama tak mau berhenti disini, paas kami sampai, bus X31nya udah mau bertolak pergi dooong 😢😭😭😭. Di sini tuh bus gak kayak di Indo, yang walaupun udah mau pergi, kalau masih ada penumpang mau naik trus kebuka lagi pintunya. Di sini, kalau pintu bus udah tutup artinya you have to wait for another bus, which would come 30 minutes later. Dua kali, Saudara-Saudari!!! Dua kali ditinggal busX31 ini! Bahu, mana bahu?? Mayan kesel sih, tapi kami tidak lantas hilang harapan, dan sekali lagi mencari alternatif lain, yakni naik Uber (Horang kayaaaah 💅). Kami pun mulanya memesan Uber XL, tapiii dasar apeess, maximal passengersnya kan harus enam orang, sementara kami kan bertujuh (pijat pelipis). Jadi, mau tak mau, kami akhirnya meutuskan naik 2 taxi saja. Maka, beginilah rute kami:

  1. Bristol - Bath (naik First Bus nomor X39).   
  2. Bath - Castle Combe (naik taxi). Harga normal per taxi sebenarnya sekitar £53. Tapi, karena driver kami ramaah dan baik banget, trus selama dalam perjalanan kami mengobrol banyak dengan beliau (sebenarnya, lebih kepada mendengarkan si Bapak curcol, hahaha), pas argo nyampe di angka £35, beliau memutuskan menyetop argonya. Jadilah, kami hanya membayar £35 aja. Hal ini tidak terjadi pada rombongan taxi sebelah, dimana si driver tetap pake argo normal, jadinya mereka harus membayar £53. Lesson learnt: Beramah-tamah itu penting, kengkawan, hehehehe. 
  3. Castle Combe - Cipenham (Faresaver 35) Harganya £2.20 untuk student.
  4. Cipenham - Bath (Faresaver X31) Harganya £2.70 untuk student.
  5. Bath - Bristol (Firtsbus X39). Tidak perlu bayar lagi, cukup pakai tiket sebelumnya, kan all day ticket.
Banyak yang lucu nih dari perjalanan penuh drama kemaren, hehehehe. Selain acara ditinggal bus sampai dua kali, dan akhirnya harus naik taxi dengan harga yang mehong, kami juga ribet karena terbatas bawa cash, hahahaha. Jadi, kan rencanya kami emang mau ambil day ticket, dan untuk bekal juga udah bawa dari rumah, dan biasanya juga acara bayar-membayar biasanya bisa pake kartu debet ato apple pay, jadi kami bawa cash buat jaga-jaga doang. Nah, kemaren itu, kehebohan terjadi pada saat akan membayar taxi. Karena kami hanya membawa cash seadanya, kami sampai kebingungan gimana cara bayarnya. Kalau pake Uber kan enak, karena langsung kepotong di debet. Lha ini kan taxi conventional. Ditengah kebingungan kami, Alberth berusaha mencari ATM, tapiiiiiiii dasar emang apess, ga ada ATM doong di mari. Duuuh, ini Enggres emang negara maju, yes, tapi tetep ajah  kalo di desa, ga ada juga itu yang namanya ATM. Akhirnya, kami merogoh sisi terdalam dari dompet dan kantung-kantung dalam tas masing-masing. Alhamdulillah, meski banyakan pake receh, biaya taxi tertutupi juga, fiuuuh.

Kelar urusan hitung-hitung receh, kami pun mulai mengeksplor Castle Combe ini. Kesan pertama kami adalah desa ini cantiiik sekali. Bangunan-bangunan abad pertengahan yang masih terawat dengan baik memanjakan mata kami. kemaren cuacanya agak mendung dan basah sehabis hujan, tapi itu tidak mengurangi kecantikan desa ini. Ketika menyusuri jalan-jalannya, imajinasiku terbang menuju abad-abad yang telah lalu. Aku membayangkan di jalan tempat aku berada saat ini, orang-orang jaman dahulu juga berjalan dengan memakai pakaian ala-ala kerajaan yang cantik lengkap dengan topi berhias bulu angsanya. Aku juga membayangkan derap kaki kuda pada kereta kencana, yang mengantarkan pada bangsawan Inggris ke mana-mana. Ada jendela-jendela kaca di loteng rumah, yang dibaliknya para gadis-gadis cekikikan memandangi pujaan hatinya. Dan dari cerobong-cerobong di atap rumah itu, aroma daging dan keju akan menggodai indra penciuman, memanggil-manggil untuk pulang dan menikmati santapan bersama keluarga. Lonceng gereja akan ramai pada hari minggu, dan kita mungkin dapat melihat anak-anak didampingi orang tuanya berlarian untuk beribadah. Aaah, romantis sekali.





pemandangan dari atas

Desa ini disebut-sebut sebagai salah satu desa tercantik di Inggris. Oleh karena kecantikannya, desa ini kemudian menjadi inspirasi para seniman kelas dunia dalam menelurkan karya. Contohnya saja, tempat ini pernah menjadi salah satu lokasi syuting film 'Dr. Dolitle', 'The Murder of Roger Ackyord', 'Stardust', 'The Wolfman' dan sebuah film karya Steven Spielberg yang berjudul 'War Horse' (sumber: di sini). Tidak heran sih, soalnya aku aja yang sekarang sedang hectic ngessay, dibuat tak bisa tenang belajar sebelum membuat tulisan mengenai desa ini, apalagi para seniman-seniman itu, ya, hehehe.


Selain bangunan-bangunan tua, pengunjung bisa menikmati hijaunya hutan cemara dan peternakan. Ada sungai yang membelah desa ini. Sepanjang jalan telinga kita akan dimanjakan dengan bunyi gemericik air dan nyanyian burung-burung di tepi hutan. Ada juga peternakan lamb yang bisa dikunjungi. Jika ingin hiking-hiking kecil, pengunjung bisa mencoba untuk mengambil foot path diujung desa. Dari puncak, sekilas kita akan bisa melihat desa di bawah sana, yang jadi semakin cantik saja dilihat dari atas. Oh iya, karena kemaren kami tidak menyangka tempat ini ada area trackingnya juga, kami tidak memakai sepatu yang cukup pantas dong. Mana habis hujan pula, jalanan di atas menjadi becek dan licin. Si Alberth malah sampai dua kali terpeleset, hehehe. So, untuk selanjutnya, hal-hal yang seperti ini memang harus sangaaat diperhatikan. Kami bersenang-senang selama hampir tiga jam lebih. Usai makan dan foto-foto grup, kami pun akhirnya memutuskan untuk pulang.

Tadam, tadam, tadam. Drama belum usai pemirsa. Masih ingat kan kami tidak punya cash dan tak ada ATM sama sekali di desa ini? nah, kami akhirnya kebingungan lagi gimana cara pulangnya. Tadi, si bapak supir taxi udah memberikan kartu namanya kepada kami, kalau-kalau kami ingin pulang naik taxi lagi. Tapiiii,,, taxi kan mwahaaal ya, dan apalah kami yang mahasiswa ini dengan cita-cita ingin kaya diakhir masa study. Kita pun memutuskan mau pulang naik bus saja, sambil berdoa, semoga busnya bisa bayar pake debet card. Cilaka dua belas, busnya gak bisa bayar pake debet card! Harus Cash! Matee kitaaa. Satu-satu penumpang naik busa, dan kami masih mencoba mengais-ngais sisa receh yang kami punya. Setelah kurleb hampir sepuluh menit mencari dan menghitung, ternyata duit kami bisanya hanya untuk lima orang. Si Alberth dan Tyo mengalah untuk kami. "udah ga apa-apa, duluan aja, nanti kita cari akal lagi gimana-gimananya" kata Alberth. Eeeeh, kami gak tega doong, akhirnya kami saling dorong rebutan siapa yang mau ngalah. In the mean time, penumpang di bus udah menunjukkan wajah-wajah keganggu oleh tingkah kami, duh. Akhirnya, karena sang supir juga udah bete, kami akhirnya terpaksa naik. Setengah mau menangis, kami menatap wajah dua teman kami itu. Hiks..hikss..

Namun, the miracle does exist dan itu terjadi dimenit-menit terakhir, pemirsa. Begitu pintu bus udah mau ketutup, seorang nenek berdiri dan menuju pintu, "Hold on! you two hop in. I'll pay for you" kata beliau sambil menyodorkan uang ke bapak supir. Alhamdulillah.... kami tak henti mengucapkan terimakasih kepada si nenek, yang dijawab beliau dengan "No worries, Dear, I am happy I could help. Next time, don't forget to always bring cash. I might not be there if something like this happens again" katanya sambil mengedipkan mata, hahaha. Duuh malu campur syukur juga sih. Ah, perjalanan kemaren itu seruuu. Karena dramanya itu lah malah jadi berkesan, hehehhe.

Nah, demikianlah cerita jenjalan saya Sabtu kemaren. Semoga bermanfaat and I do hope you like it.   Sampai jumpa di petualangan selanjutnya. Oh iya, here are pics from yesterday. Enjoy!

(Ps. Foto-foto ini masih mentah banget, belum sempat diedit, jadi maklum kalau tidak terlalu cetar. Essayku menunggu soalnya :P)






Tyo dan, upss.. ada Kak Yana juga, hehehe



Dibalik foto yang kece ada teman yang ngenes - 1 (hahahaha)

dibalik foto yang kece, ada temen yang ngenes - 2, hahaha



Bany and Alberth

Tyo




Ah, jualannya cakes, padahal yang kebayang tahu isi... *menurut nganaaa???


4 comments:

  1. Keren buuukk..
    Desanya cantik.
    Aduhhh diriku berasa berada di Castle Combe saat baca ini. Hmmm.
    Apalagi krn emang dasarnya diriku jatuh cinta sama Eropa.

    UK oh UK...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehhe,, iya Rum, desanya cantik sekali memang. Semoga ada kesempatan dan rejeki bisalah main ke sini, Rum. Kan gak ada yang ga mungkin jika Allah sudah berkendak.. ^^

      Delete
  2. Huaaa jen jalaaann..
    Bring me thereee, bring meeee.
    Syukurmi ada tu Nenek2 baik hati dii, hampirmi kalian tinggal disitu trus buat film baru.

    Ehyaa, sa kira yg nama Tyo itu cowok, upsss 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwkk.. iyo naaah, rasanya maluuu sekali, hahahahaha.

      Tyo itu cewek, buk. Namanya Setyo purwaningsih :P

      Delete

Light at the end of the tunnel

Assalamualaikum.wr.wb. 20 Juni 2018, sebuah email yang membawa kabar gembira akhirnya menyapa hari-hariku yang penuh dengan drama kehidupa...